Pyongyang – Korea Utara (Korut) mengklaim telah berhasil meluncurkan satelit mata-mata ke luar angkasa. Ini merupakan satelit mata-mata pertama Korea Utara.
Dilansir Reuters, Rabu (22/11/2023), kantor berita resmi Korut, Korean Central News Agency (KCNA), menyebut satelit mata-mata itu berhasil meluncur ke orbit luar angkasa. Korut juga berjanji akan meluncurkan lebih banyak lagi satelit mata-mata dalam waktu dekat.
Peluncuran satelit mata-mata Pyongyang ini dilakukan dengan diawasi langsung oleh pemimpin rezim komunis ini, Kim Jong Un. Satelit yang diberi nama Malligyong-1 itu diklaim berhasil diluncurkan dengan roket Chollima-1 dari fasilitas peluncuran satelit Sohae pada Selasa (21/11) malam, sekitar pukul 22.42 waktu setempat.
Otoritas Teknologi Dirgantara Nasional Korut, seperti dikutip KCNA, menyebut satelit itu sukses memasuki orbit pada pukul 22.54 waktu setempat. KCNA menyebut bahwa Kim Jong Un secara pribadi mengamati dan mengawasi peluncuran satelit tersebut.
Badan antariksa Korut juga menyatakan akan mengirimkan beberapa satelit mata-mata lainnya dalam waktu dekat. Hal itu ditujukan untuk mengamankan kemampuan pengintaian atas Korea Selatan (Korsel) dan wilayah-wilayah lainnya yang menjadi kepentingan Angkatan Bersenjata Korut.
“Peluncuran satelit pengintai adalah hak yang sah (bagi Korut) untuk memperkuat kemampuan pertahanan diri,” tulis KCNA dalam laporannya.
Peluncuran ini akan diklaim meningkatkan kesiapan militer Pyongyang dalam menghadapi ‘gerakan-gerakan militer berbahaya’ dari musuh-musuh Korut. Otoritas Korut juga mengklaim telah memberitahu Jepang terlebih dulu soal rencana peluncuran satelit antara Rabu (22/11) hingga 1 Desember mendatang, setelah dua upaya serupa berujung kegagalan pada awal tahun ini. https://kolechai.com
Peluncuran satelit mata-mata Korut ini dilakukan seminggu sebelum Korsel berencana meluncurkan satelit mata-mata pertamanya ke luar angkasa menggunakan roket Falcon 9 yang dioperasikan perusahaan Amerika Serikat (AS), Space X. Para pejabat Korsel dan Jepang menjadi yang pertama melaporkan aktivitas peluncuran oleh Korut.
Namun, Jepang dan Korsel itu tidak bisa segera memverifikasi apakah satelit yang diluncurkan Pyongyang benar-benar berhasil mencapai orbit di luar angkasa atau tidak. Juru bicara Pentagon atau Departemen Pertahanan AS, Sabrina Singh, mengklaim militer AS masih melakukan penilaian apakah peluncuran Korut itu berhasil atau tidak.
Korsel juga merespons peluncuran satelit Korut itu dengan mengumumkan penangguhan sebagian perjanjian antara kedua Korea tahun 2018 lalu. Perjanjian itu semula dirancang untuk menurunkan ketegangan militer.
Dewan Keamanan Nasional Korsel, menurut kantor berita Yonhap, menjelaskan langkah tersebut akan melibatkan pemulihan operasional pengintaian dan pengawasan di wilayah sekitar garis demarkasi militer antara kedua negara. Peluncuran satelit Korut pada Selasa (21/11) malam ini menjadi yang pertama sejak Kim Jong Un bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin dalam kunjungan ke fasilitas luar angkasa modern Moskow pada September lalu. Saat itu, Putin berjanji membantu Pyongyang dalam membuat satelit.
Para pejabat Seoul menyebut upaya peluncuran terbaru ini kemungkinan besar menggunakan bantuan teknis dari Moskow yang merupakan sekutu Korut. Bantuan itu diduga terkait dengan pengiriman jutaan peluru artileri Pyongyang ke Rusia. Rusia maupun Korut telah membantah tuduhan itu.